MAMUJU,indigo99.com | Keberadaan jaringan irigasi Tommo di Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat ( Sulbar ), yang dibangun pemerintah pusat yang menyerap APBN. Dinilai mubazir oleh masyarakat petani sawah.
Pasalnya, sudah 12 tahun lebih keberadaan jaringan irigasi Tommo di bangun oleh pemerintah pusat untuk meningkatkan pendapatan petani khususnya swasembada pangan di Kecamatan Tommo. Petani berharap keberadaan jaringan irigasi itu bisa memberikan manfaat dan penghasilan lebih baik lagi. Namun harapan itu buyar, setelah diketahui jaringan irigasi tidak bisa memberikan manfaat apa – apa bagi petani sawah.
Bahrum sebagai Ketua KTNA Kecamatan Tommo kepada media ini mengaku, sejak adanya jaringan Irigasi masuk di Tommo, masyarakat petani sangat berharap hasil panennya meningkat. Namun yang terjadi saat ini, masyarakat petani sawah malah lebih kecewa karena keberadaan jaringan Irigasi yang tiap tahun dianggarkan tidak juga memberikan manfaat bagi petani sawah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“ Saluran irigasi Tommo, diduga salah perencanaan karena tak kunjung selesai di kerja. Bagaimana masyarakat petani tidak mau kecewa, bahkan sebagian petani mengalihfungsikan sawahnya ke tanaman kelapa sawit, “ kata bahrum kepada indigo99.com
Lanjut kata Bahrum, proyek pembangunan jaringan irigasi Tommo itu tidak boleh ada pembiaran dan harus diawasi pasalnya anggaran yang diserap sudah mencapai triliunan dari tahun ketahun. Kata dia, dengan adanya jaringan irigasi Tommo ini, Kecamatan Tommo dan sekitarnya akan menjadi lumbung beras. Namun harapan masyarakat petani pupus setelah diketahui jaringan irigasi yang dibangun pemerintah itu tidak bisa berfungsi sebagai jaringan air menuju ke sawah – sawah petani.
“ Masalah irigasi ini, seharusnya tidak boleh ada pembiaran begitu saja karena sudah menelan anggaran yang begitu banyak. Jika proyek jaringan Irigasi ini berhasil dipastikan Kecamatan Tommo menjadi lumbung pangan karena persawahannya luas.” jelasnya
Terkait proyek jaringan irigasi Tommo yang dinilai tidak memiliki asas manfaat, Bahrum mengaku pernah dimintai keterangan oleh Polisi. Bahkan kepada Polisi mengaku, jaringan irigasi Tommo tolong langsung kroscek di lapangan apakah difungsikan oleh petani atau tidak.
“ Sudah pernah Polisi datang di Desa Campaloga kalau tidak salah Tim dari Polda, terus waktu itu saya dipanggil ke Polsek Tommo untuk dimintai keterangan, ya saya bilang silahkan bapak lihat sendiri di lapangan. Apakah jaringan irigasi itu digunakan atau tidak, “ ungkapnya.
Senada dengan pengakuan salah seorang petani Dusun Bontoala Desa Campaloga Kecamatan Tommo. Tajuddin kepada lama ini mengatakan, keberadaan jaringan irigasi yang dibangun pemerintah sejak 12 tahun lalu diakui tidak memberikan manfaat kepada petani sawah, akibatnya petani kerap kekurangan air sehingga sawah pun menjadi kering. Persoalan ini sudah lama dirasakan masyarakat petani sehingga memaksa lahan persawahannya untuk dilaih fungsikan.
“ Karena mubazir saja proyek itu, lahan persawahan di Desa Campaloga sudah banyak yang dialihfungsikan. Seperti di Dusun Bontoala, Dusun Salu Bambu dan Dusun Puncak. Salah satu alasan karena petani sawah sudah lama menanti irigasi untuk difungsikan namun penantian petani selama dua belas tahun tak kunjung ada, “ ujarnya dengan nada kecewa.
“ Petani kerap mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pengairan, terutama pada musim kemarau, ya sudah pasti air tadah hujan. Padahal, irigasi yang memadai sangat menunjang optimalisasi penggarapan lahan.
Lanjut kata dia, keberadaan saluran irigasi jika berfungsi dipastikan tidak akan rata menerima air karena diketahui tidak ada saluran tersiernya dan saluran cacing.
“Seandainya saluran irigasi ini normal, mungkin masyarakat tidak akan mengalihfungsikan persawahan mereka ke tanaman kelapa sawit karena hasil sawah lebih menjanjikan.” pungkasnya.
zul/INDIGO99